Pengikut

Selasa, 08 Mei 2012





Oleh Mariska Lubis (*

Tepat seperti yang sudah saya duga, almarhum Hasan Tiro yang luar biasa gantengnya itu, pasti menjadi ganteng karena sejarah dan menulis. Tidak mungkin beliau dapat menjadi seorang Aceh sejati, sangat mencintai Aceh, dan setia pada perjuangannya untuk Aceh bila beliau tidak mengenal Aceh dengan baik lewat sejarah yang dipelajarinya. Tidak mungkin juga beliau dapat bertahan sekian lama dan memiliki pemikiran yang sangat jenius dan luar biasa, bila beliau tidak selalu mengasah pikirannya lewat menulis.

Senang sekali hati ini mendapat kesempatan bertemu dengan Bapak Dr. Zaini Abdullah untuk mendengarkan banyak kisah dan cerita serta pelajaran berharga. Saya dan Gen-K ingin bertemu dengan beliau, selain untuk silaturahmi, juga sekaligus ingin mendengarkan langsung dari seorang pejuang Aceh yang sangat dihormati, tentang apa dan siapa Aceh, GAM, dan Hasan Tiro. Tentunya tidak sembarang orang mampu untuk menjawabnya dengan benar karena terlalu banyak pembenaran di luar sana sehingga sulit membedakan mana yang sebenarnya.

Saya sangat menyesal sekali karena tak dapat berbahasa Aceh padahal, Dr. Zaini sangat dengan bahasa Aceh. Saya yakin, meski tak mengerti bahasa Aceh, namun dari caranya bertutur dalam bahasa Indonesia, bahasa Aceh yang digunakannya berkelas diplomat. Tidak pernah sekalipun beliau tidak mampu memberikan jawaban dan selalu positif. Selalu mampu menempatkan dirinya dengan baik, menggunakan intonasi yang lembut, dan kata-kata yang digunakan pun ditata dengan sebaik mungkin. Bagi saya, itu saja sudah menunjukkan "kelasnya" tersendiri.

Meskipun banyak yang menilai bahwa para pejuang Aceh yang sekarang berada di Partai Aceh sangatlah tertutup, namun bagi saya itu menjadi sebuah kelebihan tersendiri. Ekslusifitas kaum elite memang seharusnya tidak sembarangan bicara. Segala sesuatunya harus sesuai dengan posisi, waktu, dan tempatnya. Jika obral sana obral sini, meskipun tampaknya lebih dekat dengan masyarakat, namun kecenderungannya lebih kepada eksistensi dan pengakuan, bahkan pembodohan. Toh, mereka yang benar tak perlu harus menjdi difensif dan ofensif dengan membuat pembenaran-pembenaran agar dipercaya dan diakui.
Mereka yang menjunjung tinggi kebenaran dan yakin pada kebenaran pasti akan membela mereka yang benar. Lain lagi kalau urusan "peng", itu, sih tergantung ke mana angin membawa banyak uang untuk kantong pribadi. Olah-olah kecil, sedang, dan besar untuk urusan seperti ini, biasa terjadi. Maklum, banyak yang merasa dan mengaku ekslusif dan elite namun sesungguhnya tak ada apa-apanya, sehingga nyaringlah bunyinya, ya?!

Di sisi lain, saya sangat menganjurkan agar ke depannya, Partai Aceh dan para pejuang Aceh serta semua yang benar-benar Aceh sejati, hendaknya lebih membuka diri untuk urusan arsip dan sejarah. Adalah hak dan kewajiban bagi generasi muda Aceh untuk mengetahui yang sebenar-benarnya tentang Aceh, para pahlawannya, dan para pejuangnya dari semua bidang yang membuat Aceh berhasil dan berjaya. Sudah terlalu lama semua ini ditutupi dan diputar balik, sehingga Aceh seperti sudah tidak mengenal dirinya sendiri. Sudah terlalu banyak yang merasa lebih bangga dengan menjadi yang lain, tidak memiliki rasa hormat dan harga diri, sangat mudah goyah dan terus saling menjatuhkan karena tidak memiliki jati diri yang kuat, dan bahkan sama sekali tidak memiliki hati dan cinta untuk Aceh-nya sendiri.

Banyak alasan bisa dibuat untuk dijadikan alasan, apalagi bila terus membandingkannya dengan bangsa dan negara lain, tetapi siapakah yang telah membuat semua ini bisa terjadi? Bila pun memang terjadi pembodohan dan pemutarbalikkan fakta dan sejarah, kenapa sampai ada orang Aceh sendiri yang tega melakukannya?! Tidak mungkin nasional ataupun asing mampu melakukannya bila tidak memiliki kaki tangan yang kuat di Aceh sendiri. Untung saya bukan orang Aceh, saya bisa lebih keras dalam bersikap terhadap para penghianat ini. Lebih baik hilang satu dan sekelompok daripada lebih dari empat juta masyarakat Aceh menjadi korban. Siapapun yang melakukannya, sama sekali tidak patut untuk dihormati, perbuatannya pun sudah sangat tidak terhormat, kok! Jahat!!!

Jika tidak dilakukan pembenahan sesegera mungkin, maka sulit bagi Aceh untuk dapat kembali berjaya. Sudah terlalu lama Aceh "hilang" dan kapan lagi mau bangkit?! Masa yang lalu biarlah berlalu namun hendaknya tidak pernah dilupakan begitu saja. Jadikan pelajaran berharga dan fokuslah dengan masa yang akan datang. Prioritas tetap utama, kebenaran adalah mutlak, dan idealisme haruslah dipegang teguh dan tanpa kompromi. Perjuangan Hasan Tiro sendiri pun karena melawan dusta dan kebohongan, kebenaranlah yang menjadi keyakinan dan pegangannya, sehingga idealismenya pun tak akan pernah goyah sedikit pun. Begitulah yang saya tangkap tentang perjuangan seorang Hasan Tiro dari yang diceritakan oleh Dr. Zaini Abdullah. Keren banget, ya!

Tentunya semua disesuaikan dengan posisi, waktu, dan tempat serta keadaan sekarang ini. Sekarang, kan, Aceh sudah damai, maka tentunya itu dulu yang diutamakan. Perang terus juga tidak akan berbuah apa-apa selain dendam, duka, dan derita. Sebuah bangsa yang dipenuhi dengan damai adalah bangsa yang merdeka. Bahagia itupun akan senantiasa membuahkan keindahan yang abadi.

Arsip, sejarah, dan menulis tentang apa yang benar akan membantu mempercepat perbaikan keadaan. Seperti yang disampaikan juga oleh Dr. Zaini, bahwa ketekunan Almarhum Hasan Tiro di dalam mengumpulkan arsip serta dokumentasi sejarah Aceh, dan kerja kerasnya di dalam berpikir dan menulis, membuat beliau menjadi pribadi yang sangat hebat. Boleh saya katakan, pemikiran Hasan Tiro adalah salah satu yang terbaik di Indonesia dan di dunia. Oleh karena itulah, saya jatuh cinta pada beliau.

Dari kesimpulan setelah mempelajari Aceh sejak tahun 1993, yang seringkali saya uraikan dalam tulisan, saya berani mengatakan bahwa bukan perjuangan fisik dan materilah yang telah memenangkan Aceh, namun kehebatan pemikiran yang menghasilkan strategi dan juga hasil-hasil karya ilmiah dari berbagai bidang. Mudah sekali untuk menghancurkan fisik dan materi, tetapi hati dan pemikiran yang penuh dengan keyakinan tidak akan pernah bisa dihancurkan begitu saja. Jadi, jangan sombonglah mengaku hebat meski berkuasa dan memiliki jabatan serta uang banyak, bila tidak mampu juga membuktikannya lewat pemikiran dan sikap ke-Acehan yang sejatinya. Malulah pada Wali Nanggroe kalian, wahai Aceh!!!

Bayangkan, beliau dulu harus rela meninggalkan semua materi dan bahkan istri serta anaknya hanya untuk memperjuangkan apa yang diyakini sebagai sebuah kebenaran. Beliau juga terus berpikir lewat menulis meski dalam kegelapan dan hanya menggunakan lampu minyak atau lilin hanya untuk dapat terus membela Aceh. Beliau harus keluar masuk hutan dan makan ala kadarnya karena kesetiaan dan dedikasinya terhadap Aceh.

Masa sekarang, saat teknologi sudah modern, laptop, internet, ipad, dan bb di mana-mana, hanya sibuk dipakai untuk chat dan pacaran saja?! Listrik meski sering mati tapi masih banyak penerangan yang lebih canggih dari lampu minyak, kan?! Makan pun tidak sesulit di hutan, sekolah dan belajar bisa di mana-mana, bahkan sudah sangat tinggi-tinggi, tapi mana hasilnya?! Biarpun ada, apa sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh Hasan Tiro?! Duh, saya sendiri harus mengakui, saya malu betul!!!

Sekali lagi, saya bukan orang Aceh tapi saya ingin sekali melihat Aceh ini berjaya kembali. Disadari tidak disadari, diakui tidak diakui, pengatuh Aceh pada Indonesia sangat besar sekali. Aceh adalah contoh dari bagaimana Indonesia secara umum. Apa yang terjadi di Aceh selalu saja merembet ke daerah yang lainnya dengan disesuaikan pada kondisi masing-masing tentunya. Sehingga, bila ada yang bertanya, apa kepentingan saya atas Aceh ini?! Saya tidak memiliki kepentingan apapun selain saya ingin melihat seluruh masyarakat Indonesia memiliki jati diri sepenuhnya dan tiada lagi harus ada dusta yang membodohi. Biar bagaimanapun juga, the truth is the truth and nothing but the truth.

Jika memang ingin Aceh seganteng Hasan Tiro, maka belajarlah untuk menghargai, menghormati, dan mempelajari sejarah dengan baik. Menulislah karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang memiliki pemikiran hebat, yang tak mampu untuk menulis dengan baik dan benar sepenuh hati dan jiwa untuk kemuliaan dan kehormatan semua sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Ingatlah selalu, fisik dan materi bukanlah yang utama meski diperlukan bila memang ingin menjadi terhormat tetapi hati dan jiwa yang penuh dengan cinta dan ketulusan.


Read more: 
http://ilmugeografilengkap.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar